10 kejadian aneh dan misterius didunia

Minggu, 20 Februari 2011

| 0 komentar

10 Kejadian aneh dan misterius dari pelosok dunia

Ada banyak kejadian aneh dan misterius yang tak dapat dijelaskan dengan akal sehat. Secara ilmiah sulit diurai, mungkin hanya lewat supranatura. Artikel ini bukan dimaksud membahas hal-hal klenik, tapi kejadian-kejadian ini sungguh terjadi dan sampai sekarang tak mampu dijelaskan sebab musababnya. Bahkan FBI yang telah turun tangan pun ‘menyerah’ dan masuk dalam ‘X Files’.
Berikut 10 kejadian aneh dan misterius dari berbagai pelosok dunia:

1.Rumah Hantu The Amityville

Anda pernah nonton film horror Amityville House? Tahukah Film yang diangkat dari novel horror karangan George dan Kathy Lutz, begitu menyeramkan ketika ditayangkan di layar lebar. Tapi tahukah anda kalau sebenarnya semua kejadian horror itu adalah kisah nyata. George dan Kathy menulisnya dalam novel berdasarkan kejadian sebenarnya yang kemudian diangkat ke layar lebar. Orang percaya bahwa penulis sebenarnya adalah orang yang mengalami kejadian tersebut.
Kisah rumah berhantu itu terungkap tahun 1975 ketika pasangan suami istri pindah ke sebuah rumah di Amityville, New York. Pasangan baru pindah ini tidak tahu kalau rumah itu pada 13 tahun sebelumnya pernah terjadi pembantaian mengerikan. Putra pemilik rumah telah menembak mati semua keluarganya yang berjumlah enam orang. Saat ditangkap, dia mengaku, membunuh karena suruhan suara yang mendengung di kepalanya.
Tapi anehnya, keenam korban di temukan tertelungkup di tempat tidur mereka. Mereka tampak tidur tenang, tidak ada tanda kalau mereka sebelumnya minum obat penenang. Ini memang menjadi misteri yang aneh. Sementara pelaku Ronald DeFeo dijebloskan ke penjara di New York dan mendekam di sana sampai mati.
Kembali ke soal keluarga baru pindah ke rumah horror itu. Selama 28 hari di sana, banyak kejadian misterius dan mengerikan dialami pasangan ini. Bukan hanya soal bau busuk yg tiba-tiba datang, atau suara gedebak-gedebuk yang bising, tapi juga serangan fisik yang tidak diketahui siapa pelakunya. Malah salah satu anggota keluarga melihat penampakan sosok menyeramkan dengan mata merah berpijar. Kathy menemukan sebuah ruang kecil, anjing tidak mau mendekat ke sana. Ada apakah?

2.Misteri Kematian Mary Reeser

Ini kejadian luar biasa yang sampai kini tidak bisa dijelaskan oleh akal sehat. Mary Reeser, lahir pada 1881, ditemukan hampir seluruh badannya hangus dilahap api di rumahnya di Florida pada 1951. Tapi anehnya, meski seluruh tubuhnya gosong, kaki kirinya mulus tanpa cacat sedikitpun. Ini tentu sangat mustahil.
Lebih aneh lagi, sepertinya api hanya menyasar tubuh Mary Reseer saja. Karena ruangan di sekitarnya tempat dia ditemukan, sama sekali tidak terbakar.. Padahal diperkirakan suhu api begitu tinggi sama dengan kremasi mayat, dan harusnya menyambar ke seluruh ruangan bukan hanya tubuh wanita itu..
FBI telah datang untuk melakukan penyelidikan, forensic pun ikut ambil bagian dalam kasus itu, tapi tidak bisas memecahkan kenapa bisa terjadi demikian.
“Saya merasa sulit percaya hal ini. Tubuh manusia yang terbakar dengan suhu tinggi, bisa menyisakan kaki yang mulus tak terbakar sedikitpun. Apa sebenarnya yang terjadi pada malam 1 Juli 1951 itu? Ini sungguh suatu misteri. Seharusnya seluruh ruangan ini hangus terbakar. Ini adalah hal paling luar biasa yang pernah saya lihat. Rambutnya pendek dengan wajah seperti orang ketakutan amat sangat. Saya merasa seperti tinggal di abad pertengahan, di mana orang banyak bicara tentang sihir dan black magic,” ungkap Profesor Krogman dari University of Pennsylvania’s School of Medicine. Ia mengaku tak mampu menjelaskan misteri ini.
3.Misteri Jejak Setan Gentayangan di Devon


The Devil’s Footprints adalah nama yang diberikan untuk sebuah fenomena yang aneh terjadi di Devon, Inggris pada tanggal 8 Februari 1855. Setelah salju yg turun di malam hari, keesokannya muncul jejak-jejak di salju berukuran 1,5 inc (4 cm) dan lebar 2,5 inc (6,35 cm). Jejak-jejak itu bertebaran di seluruh desa. Bukan hanya itu jejak -jejak itu juga ada di atap bahkan di dinding bangunan yang tinggi. Penduduk desa menjadi geger dan tak mengerti fenomena apa itu. Karena tak jelas, orang pun mulai berpikir tentang makhluk aneh bahkan setan yang gentayangan di desa mereka. Itu sebabnya muncul istilah Devil’s Footprint.**

4. Misteri Zana ‘Manusia Purba’


Kejadian aneh ini terjadi pada abad pertengahan, sekitar abad 18. Ochamchir, seorang pemburu di wilayah Georgia ketika itu masih masuk dalam salah satu provinsi di Rusia. Pemburu ini menangkap seorang perempuan liar di mana lengan, kaki dan jari ditutupi rambut tebal. Perempuan aneh ini diberi nama Zana. Karena liarnya, untuk menjinakkannya pada awalnya dia terpaksa harus dikurung selama bertahun-tahun dengan makanan yang dilemparkan kepadanya. Setelah ia jinak, barulah Zana dibebaskan dan diajari mengerjakan hal-hal ringan. Seperti menggiling jagung, dll.
Uniknya, Zana memiliki daya tahan tubuh yang tinggi lebih dari manusia biasa. Dia tahan pada cuaca dingin luar biasa, namun dia tidak tahan pada udara hangat dalam ruangan. Dia sangat suka makan buah anggur dan tanaman menjalar. Dia adalah peminum berat dan bisa tidur berjam-jam. Yang anehnya, dia bisa memiliki banyak anak dengan ayah yang berbeda-beda. Tapi kebanyakan anak-anaknya tewas karena Zana memandikan mereka di sungai dingin yang hampir beku.
Penduduk desa khawatir dengan ulah aneh Zana, dan mereka pun mengambil anak-anaknya menjauhi ibunya. Anak-anak Zana tidak seperti ibunya, mereka berkembang seperti manusia biasa dan mereka juga telah diangkat anak oleh beberapa penduduk desa. Zana meninggal di desa itu tahun 1890.Sedang anak bungsunya meninggal 1954.
Kisah ini merupakan hasil penelitian Professor Porchnev yang mewawancarai orang-orangtua di desa itu. Zana juga memiliki banyak cucu. Mereka berkulit gelap. Salah satunya adalah Shalikula, ia memiliki mulut yang kuat sehingga ia dapat mengangkat sebuah kursi dengan seorang lelaki duduk di atasnya.
Penelitian tentang Zana menghasilkan dugaan kalau wanita aneh itu merupakan bentuk evolusi manusia yang belum sepenuhnya berubah menjadi manusia modern. ***

5. Misteri Wanita Penyebar Gas


The Mad Gasser dari Mattoon adalah nama yang diberikan kepada orang berada di balik serangkaian serangan gas yang terjadi di Botetourt County, Virginia, pada awal tahun 1930an, dan di Mattoon, Illinois, pada pertengahan tahun 1940-an.Kejadian pertama terjadi di rumah Cal Huffman, di Haymakertown, Botetourt County, di mana terdapat tiga serangan dilaporkan selama satu malam.
Sekitar pada 22 Desember 1933, Ibu Huffman melaporkan bau bau yang tidak biasa, dan dengan mengatasi rasa mual. Bau yang mual dan kembali lagi sekitar 10:30, Cal Huffman kemudian menghubungi polisi. Ketiga serangan terjadi sekitar 1:00, saat itu serangan gas memenuhi seluruh rumah. Delapan anggota keluarga Huffman menjadi korban bersama dengan Ashby Henderson, seorang tamu tinggal di rumah.
Berikutnya yang tercatat di Cloverdale insiden terjadi pada 24 Desember. Clarence Hall, istrinya, dan dua anak-anak mereka baru pulang dari gereja Mereka pun lemas. Polisi menyelidiki kasus ini, menemukan paku yang diambil dari belakang jendela, di mana bau gas sangat keras. Diduga, lubang itu digunakan untuk memasukkan gas ke dalam rumah itu.
Kejadian ketiga pada 27 Desember, di mana penduduk Troutville, A. Kelly dan ibunya dilaporkan memiliki gejala sama seperti kasus Huffman dan Hall. Insiden keempat dan kelima terjadi pada 10 Januari, ketika Mrs Moore, seorang tamu di rumah penduduk Haymakertown Homer Hylton melaporkan mendengar suara di luar, sebelum gas dimasukkan ke rumah mereka lewat jendela yang rusak. Kedua serangan malam yang dilaporkan dalam Troutville, di rumah Kinzie G..
Sedikitnya 10 kasus lain yang dilaporkan di Botetourt dan dalam 10 tahun kemudian, lebih dari 20 kasus baru dilaporkan di Mattoon. Salah satu saksi mengatakan, dia melihat pelaku penyebar gas ity adalah seperti seorang wanita bertubuh tinggi kurus, berpakaian seperti seorang laki-laki namun jejak kakinya milik seorang perempuan.**

6.Misteri Lampu Hantu di Bridgewater Triangle

Bridgewater Triangle merupakan wilayah sekitar 200 mil persegi (520 km2) di tenggara Massachusetts, Amerika Serikat. Sejak masa colonial, daerah itu dikenal sebagai daerah yang memiliki kekuatan misterius yang sulit dijelaskan. Berbagai laporan tentang daerah itu sempat dicatat di antaran tentang fenomena Poltergeists dan orbs, bola api yang tiba tiba jatuh di sana juga fenomena hantu.
Rumors yang beredar tentang penampakan ‘bigfoot’, ular raksasa, burung raksasa, serta ditemukan banyak sisa sisa potongan ternak, dll. Polisi juga wartawan telah berusaha mengungkap kejadian-kejadian aneh di sana.
Area itu menjadi amat sangat misterius dan tak tersentuh sehingga dijuluki Hockomock Swamp, yang berarti ” jiwa dwell”, atau penduduk setempat menyebutnya sebagai “The Devil’s Swamp” .
Salah satu fenomena yang terkenal terjadi di daerah itu adalah munculnya cahaya berkelap-kelip dari rawa-rawa di sekitar situ. Orang menyebut kelap kelip itu sebagai lampu hantu yang biasanya terlihat di daerah berawa.
Fenomena lampu hantu it u terus muncul di sekitar Bridgewater Triangle. Lampu aneh itu juga muncul setiap Januari di sekitar rel kereta yg melintasi daerah itu.***

7. The Clapham Wood Mystery

The Clapham Wood Mystery adalah nama yang diberikan terkait dengan peristiwa-peristiwa aneh yang terjadi di Clapham Wood, West Sussex, Inggris. Peristiwa-peristiwa itu merupakan laporan dari warga setempat yang mengalami fenomena aneh itu. Misalnya, hewan peliharaan keluarga yang hilang tiba-tiba atau orang yang tiba-tiba meninggal tanpa sebab.
Sejak 1960 dilaporkan di kawasan itu sempat terlihat adanya benda terbang aneh (UFO?), juga masyarakat yang tiba tiba merasa suatu yang aneh dan gaib. Jalur yang dilaporkan misterius adalah jalur menuju hutan. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa daerah itu memiliki tingkat radiasi tinggi.
Laporan ini mengejutkan, karena daerah tersebut merupakan daerah kapur yang biasanya rendah radiasi.
Dalam foto, pada awalnya masih terlihat pohon-pohon tinggi dan besar. Namun akibat ‘depresi’ pohon-pohon itu mati. Kini sangat sulit mencari pohon pohon besar di sana.
Dilaporkan ada empat kematian misterius di dekat hutan. Pertama Juni 1972 dimana seorang polisi, Peter Goldsmith hilang saat hiking di daerah itu. Tubuhnya telah menemukan 6 bulan kemudian. Kematian yang kedua adalah dari Leon Foster, tubuh yang telah ditemukan pada Agustus 1975, setelah 3 bulan hilang.
Yang ketiga adalah kematian dari Reverend Harry Neil Snelling, mantan wakil dari Clapham. Dia menghilang pada Oktober 1978 dan tubuhnya tidak ditemukan sampai 3 tahun kemudian. Kasus-kasus di Clapham ini hingga kini tak terungkap.

8. Mysteri Rumah Hantu Summerwind


Summerwind Mansion, sebelumnya dikenal sebagai Lamont Mansion, merupakan gudang di pantai Barat Teluk Vilas di Lake County, North East Wisconsin. Daerah itu merupakan salah satu daerah paling angker di Wisconsin. Kondisinya kini kumuh dan telantar. Hal ini karena pernah terjadi kebakaran hebat di daerah itu yang nyaris memusnahkan semua gedung di sana.
Summerwind pada awalnya dibangun pada awal abad ke-20 sebagai mes para nelayan. Pada 1916 telah dibeli oleh Robert P. Lamont, yang bekerja sebagai arsitek di perusahaan Tallmadge and Watson. Kemudian dia merenovasi gedung itu dan tinggal di sana. Namun sebelumnya ia sudah diperingatkan bahwa gedung itu angker.
Tapi dia tidak percaya sampai kemudian dia sendiri bertemu dengan ‘penunggu’ rumah itu. Kejadian itu terjadi era 1930, Lamont melihat penampakan hantu di dapur rumahnya, membuat dia terbirit birit meninggalkan rumahnya itu.
Setelah kepergian Lamont, rumah itu dibiarkan kosong dan terbengkalai.
Tahun 1970-an, pasangan suami istri, Arnold dan Ginger Hinshaw membeli rumah itu dan tinggal bersama empat anaknya. Sejak mulau tinggal, keluarga ini kerap diganggu berbagai hal aneh.
Hinshaws melaporkan sejumlah kejadian aneh, mulai dari bayangan yang bergerak dari bawah ke atas dengan suara pelan dan berhenti ketika mereka masuk ke kamar, atau jendela yang tiba-tiba terbuka sendiri. Mereka melaporkan beberapa kali melihat hantu wanita di sekitar ruang makan.
Mungkin karena stress, dalam waktu enam bulan setelah pindah ke Summerwind, Arnold jatuh sakit dan Ginger , istrinya, mencoba bunuh diri. Akhirnya Arnold masuk rumah sakit, sedang Ginger pindah dengan orang tuanya di Granton, Wisconsin.
Pada bulan Juni 1988, Summerwind beberapa kali terkena petir yang memicu munculnya api dan membakar rumah. Sehingga banyak bagian gedung itu rusak parah. Yang anehnya, petir menyambar berkali-kali, padahal di sekitarnya banyak pohon tinggi melebihi gedung itu tapi sama sekali tidak ikut tersambar.
Saat ini gedung itu tak berbentuk lagi hanya menyisakan fondasi rumah yang tak terawatt.**

9.Hopkinsville Goblins: Munculnya Makhluk Aneh Bercahaya


Kasus Hopkinsville Goblins dikenal sebagai kasus teraneh dalam sejarah benda-benda terbang yang pernah ada. Kasus ini terdokumentasi dengn baik. Kasus ini terjadi di dekat kota antara Kelly dan Hopkinsville, Kentucky, pada 21 Agustus 1955 malam hingga pagi.
Bermunculan benda terbang aneh dalam tempo yang lama, ada banyak saksi yang melihatnya. ” Beberapa sakisi mata mengatakan, benda-benda itu terbang terlihat beberapa jam, memanjang sepanjang malam hingga pagi. Mereka melihat penampakan makhluk-makhluk bercahaya yang tingginya tiga kaki. Saksi melihat lengannya mengeluarkan api yang ditembakkan ke atas.
Pada malam 21 Agustus, 1955, Billy Ray Taylor mengundang teman-temannya gi untuk makan malam. Ketika menengok ke atas, mereka melihat ada cahaya aneh di langit sebelah barat. Kelompok ini juga melihat makhluk terang tingginya setengah kaki berkepala besar, telinga lebar dan mata bercahaya. Tangannya mengeluarkan api.
Makhluk itu mendekati rumah Taylor sampai berjarak 20 kaki. Orang-orang yang melihat mengambil senapan dan bersiap-siap menggunakannya. Namun makhluk itu kemudian melarikan diri kea rah kegelapan malam.
Setelah itu, semua anggota keluarga berulang kali melihat penampakan makhluk itu yang sepertinya bergerak menuju rumah mereka. Ini memang cerita aneh. Untuk lebih jelas anda bisa membaca artikel lengkapnya di Wikipedia.**

10. Manusia Kadal dari Scape Ore Swamp

Kasus ini terjadi di kawasan berawa di daerah Lee Country, Carolina Selatan. Makhluk aneh yang digambarkan memiliki tinggi 7 feed atau lebih dari 2 meter, berbadan tegap dengan kulit yang bersisik berwarna hijau muncul di sana. Matanya menyeramkan sebesar jeruk glowing. Makhluk itu memiliki tiga jari pada tangan dan kakinya. Orang menyebutnya makhluk kadal dari rawa.
Laporan pertama tentang keberadaan mahluk itu disampaikan oleh Christopher Davis, 17 tahun, penduduk setempat. Ia mengatakan, makhluk yang ditemui saat berkendara melewati perbatasan Scape Ore Swamp. Kebetulan saat itu mobilnya mengalami masalah sehingga ia terpaksa berhenti untuk ganti ban. Ketika ia selesai ganti ban, dia mendengar suara berisik di belakangnya.
Saat berpaling, betapa terkejutnya dia melihat mahluk aneh tampak berjalan menuju dirinya. Davis mengaku, makhluk itu mencoba menyerang mobilnya, dengan melompat di atas atap mobil. David berusaha kabur . Sampai di rumah, di lihatnya kaca spion mobinya telah hancur, kerusakan juga pada atap mobil.
Beberapa bulan yang sama, muncul laporan hampir senada dengan kasus David. Dilaporkan, mahluk itu mirip kadal raksasa berada di dekat rawa. Sebagian besar laporkan mengatakan kejadiannya sekitar 3 mil atau 5 km dari Bishopville atau di sekitar dari rawa-rawa. Dua bulan kejadian, beberapa polisi melakukan penyelidikan dan ditemukan jejak kaki berukuran 14 inc panjangnya.
Lalu polisi mengirim laporran itu ke FBI untuk ditelusuri lebih lanjut. Namun analisa menemui jalan buntu, hingga sekarang tak jelas, makhluk apakah yang berperawakan mirip kadal itu.

Manfaat buah pisang

| 0 komentar
Manfaat pisang

Kandungan Gizi Pisang
Manfaat pisang telah banyak kita ketahui, lalu…apa sebenarnya kandungan dari pisang???. Satu ulir dari pisang kuning itu ternyata mempunyai kandungan 11 mg kalsium, 35 mg fosfor, 1 mg zat besi, 503 mg potassium, 260 IU vitamin A, 1 mg niasin, dan 14 mg vitamin C. Pisang juga diberi anugerah mempunyai kandungan khrom yang berfungsi dalam metabolisme karbohidrat dan lipid. Khrom bersama dengan insulin memudahkan masuknya glukosa ke dalam sel-sel. Kekurangan khrom dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa.
  Juice Pisang
            Manfaat juice pisang pertama kali diperkenalkan oleh Jim Rose. Tn Rose ini adalah seorang tukang sirkus. Suatu kali Tn. Rose ini diminta oleh penontonnya untuk mempertontonkan kebolehannya dalam makan bola lampu, alhasil ketika itu ia makan 5 buah bola lampu dalam 1 hari itu. Tapi apa yang terjadi ?? Tn Rose roboh saat menikmati istrihatnya, perutnya terluka..Kemudian Tn. Rose berusaha mencari solusi untuk menyembuhkan perutnya tersebut, ia melakukan banyak latihan serta makan dan minum 20 pisang dan juice pisang, hasilnya???Subhanallah…pecahan bola lampu tersebut bisa lancar melewati system pencernaan.
            Menurut penelitian yang telah dilakukan, juice pisang bermanfaat untuk penyakit :
·                                 Diverticulitis
Penyakit ini terjadi karena adanya radang pada kantong kecil dalam dinding usus. Kantong-kantong tersebut berisi material fecal yang menyebabkan rasa sakit pada dinding usus. Nah …karena pisang mengandung serat, lemak,dan minyak sehingga pisang dapat melindungi dinding usus, so…terjadilah penyembuhan.
·                                 Radang lambung
Ketika jaringan mucosal pada perut terasa perih dan sakit, kita akan mengalami kesulitan pada waktu mencerna makanan, bahkan merasakan sakit yang luar biasa. Juice pisang akan melapisi, menyejukkan, dan menyembuhkan  peradangan serius seperti halnya bahan-bahan antacid
·                                 Panas dalam
Pada penyakit ini, juice pisang akan menetralkan refluks asam hidrokolik yang terasa di bagian belakang tenggorokan, selain itu juice pisang mebantu menekan bagian perut yang masuk ke rongga dada agar bisa kembali ke posisi semula. Sejauh ini, pencegahan rasa panas dalam perut bisa diperoleh dari beberapa mineral dalam pisang, khususnya potassium, yang bisa memperkuat LES (Lower Esophagael Sphincter) dengan cara meningkatkan kontraksi otot lebih sering.

Sumber: http://jilbab.or.id/archives/330-pisang-sejuta-manfaat/

Gempa bumi

Kamis, 17 Februari 2011

| 0 komentar

Gempa bumi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.
Tipe gempa bumi
1.    Gempa bumi vulkanik ( Gunung Api ) ; Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempabumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.
2.    Gempa bumi tektonik ; Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempabumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan [tenaga] yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari tectonic plate (lempeng tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik.
.Peta penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian (geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng merupakan postulat untuk menjelaskan fenomena gempa bumi tektonik yang melanda hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan batas pertemuan lempeng tektonik. Contoh gempa vulkanik ialah seperti yang terjadi di Yogyakarta, Indonesia pada Sabtu, 27 Mei 2006 dini hari, pukul 05.54 WIB,
1.    Gempa bumi tumbukan ; Gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke bumi, jenis gempa bumi ini jarang terjadi
2.    Gempa bumi runtuhan ; Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
3.    Gempa bumi buatan ; Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.

Penyebab terjadinya gempa bumi
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa bumi akan terjadi.
Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional.Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi

Ju-jitsu

| 0 komentar

Sejarah Berdirinya Ju-jitsu

Jika dilihat dari sejarah perkembangan beladiri di dunia. Maka pada mula pertama cara perkelahian yang dilakukan oleh manusia dahulu kala masih primitif, tidak mengenal aturan-aturan teknik sama sekali. Karena tujuan akhir dari cara berkelahi dari jaman primitif itu adalah mengalahkan lawan dengan segala cara agar lawan dapat dikuasai atau dibunuh.

Cara berkelahi primitif itu dari jaman ke jaman berangsur-angsur berubah karena dipengaruhi oleh :
1. Kebudayaan manusia.
2. Letak geografi negara.
3. Kepandaian dari manusia.

Dari tahun ke tahun bentuk perkelahian itu berkembang sehingga tiap-tiap bentuk perkelahian itu makin lama makin sempurna dan akhirnya mempunyai metode/cara yang teratur sistematis untuk dipelajari.
Menurut catatan literatur kuno di Jepang cara berkelahi yang tertua adalah SUMO atau gulat Jepang. Teknik-teknik membanting dalam Ju-jitsu, karena secara umum teknik membanting dalam Sumo dipakai juga dalam Ju-jitsu.

Pada tahun 230 BC, di Jepang yaitu pada saat pemerintahan Kaisar Suinin telah ada suatu bentuk pertandingan adu kekuatan fisik dan kepada pemenangnya diberi hadiah. Dalam pertandingan itu telah dipakai teknik membanting dan menghimpit (menjepit) tubuh lawan, hal tersebut menunjukkan awal dari timbulnya teknik kuncian, walaupun masih dalam bentuk sederhana yaitu menindih.
Selanjutnya teknik membanting, mengunci, menendang, memukul, menangkis, itu berkembang terus dari tahun ke tahundi negeri Jepang, tetapi saat itu teknik berkelahi Ju-jitsu hanya dipelajari secara tertutup dan fanatik di kalangan masing-masing marga atau suku. Ketertutupan dan kerahasiaan cara belajar teknik Ju-jitsu itu baru dapat diketahui untuk dipelajari secara terbuka pada saat jaman pemerintahan Pangeran Teijun tahun 850 – 880, dimana pada tahun-tahun tersebut telah mulai dibuka sekolah-sekolah Ju-jitsu tetapi khusus hanya boleh dipelajari oleh orang-orang Jepang saja.
Menurut cerita legenda sekitar tahun 1300 dikenal seorang tokoh Ju-jitsu di Jepang bernama AKIYAMA, yang telah menciptakan teknik-teknik berkelahi yang hebat dan lebih maju bila dibandingkan dengan beladiri yang ada di Jepang saat itu. Sehingga tahun 1300 tersebut dipandang sebagai tahun kebangkitan Ju-jitsu, walaupun sebenarnya teknik-teknik Ju-jitsu itu telah ada dan tumbuh bersamaan dengan tumbuhnya teknik-teknik membanting dalam Sumo, tahun 230 BC.
Pada jaman Meiji Restorasi tahun 1868 Ju-jitsu tumbuh dan berkembang dengan pesat di Jepang dan jaman tersebut boleh dikatakan jaman keemasan dan kejayaan Ju-jitsu. Sekolah-sekolah Ju-jitsu didirikan, yang paling terkenal adalah sekolah Ju-jitsu pada saat itu adalah TAKENOUCHI-RYU, SEKIGUCHI-RYU, YAGYU-RYU, YOSHIN-RYU dimana sekolah-sekolah Ju-jitsu tersebut kemudian dipakai sebagai nama aliran dari masing-masing perkumpulan Ju-Jitsu.
Disamping kesembilan sekolah Ju-Jitsu yang terkenal itu masih banyak sekolah-sekolah Ju-jitsu yang lain dengan inti gerakan yang berbeda-beda tiap-tiap sekolah.
Akhirnya dari sekolah-sekolah/aliran-aliran Ju-Jitsu yang ada itu membentuk wujud baru dan melahirkan beladiri yang baru, sebagai contoh beladiri baru yang lahir berasal dari Ju-Jitsu adalah JUDO, AIKIDO, HAPKIDO. Walaupun banyak beladiri baru yang berasal dari Ju-Jitsu, Walaupun banyak beladiri baru yang lahir berasal dari Ju-Jitsu, tetapi masih banyak teknik-teknik Ju-Jitsu yang tidak ada/ tidak dimiliki oleh beladiri tersebut, misalnya teknik-teknik bantingan yang dianggap berbahaya, teknik penggunaan pukulan tenaga dalam, teknik memainkan tongkat, pedang, senjata pisau lempar, rantai atau ikat pinggang , tongkat yaware dan teknik tendangan-tendangan terbang loncat ke udara
. Untuk mengetahui kemampuan dan tingkat keahlian seorang siswa Ju-Jitsu yang berlatih formal dalam suatu perguruan Ju-Jitsu dinyatakan dengan ikat pinggang yang dipakai oleh siswa Ju-Jitsu tersebut.
| 0 komentar
Tsunami
From Wikipedia, the free encyclopedia

Page semi-protected
http://bits.wikimedia.org/skins-1.5/common/images/magnify-clip.png
A tsunami (Japanese: 津波 [tsɯnami], lit. 'harbor wave';[1] English pronunciation: /suːˈnɑːmi/ soo-NAH-mee) or tidal wave is a series of water waves (called a tsunami wave train[2]) caused by the displacement of a large volume of a body of water, usually an ocean, but can occur in large lakes. Tsunamis are a frequent occurrence in Japan; approximately 195 events have been recorded.[3] Due to the immense volumes of water and energy involved, tsunamis can devastate coastal regions.
Earthquakes, volcanic eruptions and other underwater explosions (including detonations of underwater nuclear devices), landslides and other mass movements, meteorite ocean impacts or similar impact events, and other disturbances above or below water all have the potential to generate a tsunami.
The Greek historian Thucydides was the first to relate tsunami to submarine earthquakes,[4][5] but understanding of tsunami's nature remained slim until the 20th century and is the subject of ongoing research. Many early geological, geographical, and oceanographic texts refer to tsunamis as "seismic sea waves."
Some meteorological conditions, such as deep depressions that cause tropical cyclones, can generate a storm surge, called a meteotsunami, which can raise tides several metres above normal levels. The displacement comes from low atmospheric pressure within the centre of the depression. As these storm surges reach shore, they may resemble (though are not) tsunamis, inundating vast areas of land. Such a storm surge inundated Burma in May 2008.
Etymology

The Russians of Pavel Lebedev-Lastochkin in Japan, with their ships tossed inland by a tsunami, meeting some Japanese in 1779.
The term tsunami comes from the Japanese, meaning "harbor" (tsu, ) and "wave" (nami, ). (For the plural, one can either follow ordinary English practice and add an s, or use an invariable plural as in the Japanese.[6])
Tsunami are sometimes referred to as tidal waves. In recent years, this term has fallen out of favor, especially in the scientific community, because tsunami actually have nothing to do with tides. The once-popular term derives from their most common appearance, which is that of an extraordinarily high tidal bore. Tsunami and tides both produce waves of water that move inland, but in the case of tsunami the inland movement of water is much greater and lasts for a longer period, giving the impression of an incredibly high tide. Although the meanings of "tidal" include "resembling"[7] or "having the form or character of"[8] the tides, and the term tsunami is no more accurate because tsunami are not limited to harbours, use of the term tidal wave is discouraged by geologists and oceanographers.
There are only a few other languages that have a native word for this disastrous wave. In the Tamil language, the word is aazhi peralai. In the Acehnese language, it is ië beuna or alôn buluëk[9] (Depending on the dialect. Note that in the fellow Austronesian language of Tagalog, a major language in the Philippines, alon means "wave".) On Simeulue island, off the western coast of Sumatra in Indonesia, in the Defayan language the word is smong, while in the Sigulai language it is emong.[10]
Generation mechanisms
The principal generation mechanism (or cause) of a tsunami is the displacement of a substantial volume of water or perturbation of the sea.[11] This displacement of water is usually attributed to either earthquakes, landslides, volcanic eruptions, or more rarely by meteorites and nuclear tests.[12][13] The waves formed in this way are then sustained by gravity. It is important to note that tides do not play any part in the generation of tsunamis, hence referring to tsunamis as 'tidal waves' is inaccurate.

Seismicity generated tsunamis
Tsunamis can be generated when the sea floor abruptly deforms and vertically displaces the overlying water. Tectonic earthquakes are a particular kind of earthquake that are associated with the earth's crustal deformation; when these earthquakes occur beneath the sea, the water above the deformed area is displaced from its equilibrium position.[14] More specifically, a tsunami can be generated when thrust faults associated with convergent or destructive plate boundaries move abruptly, resulting in water displacement, due to the vertical component of movement involved. Movement on normal faults will also cause displacement of the seabed, but the size of the largest of such events is normally too small to give rise to a significant tsunami.




Tsunamis have a small amplitude (wave height) offshore, and a very long wavelength (often hundreds of kilometers long), which is why they generally pass unnoticed at sea, forming only a slight swell usually about 300 millimetres (12 in) above the normal sea surface. They grow in height when they reach shallower water, in a wave shoaling process described below. A tsunami can occur in any tidal state and even at low tide can still inundate coastal areas.
On April 1, 1946, a magnitude-7.8 (Richter Scale) earthquake occurred near the Aleutian Islands, Alaska. It generated a tsunami which inundated Hilo on the island of Hawai'i with a 14 metres (46 ft) high surge. The area where the earthquake occurred is where the Pacific Ocean floor is subducting (or being pushed downwards) under Alaska.
Examples of tsunami at locations away from convergent boundaries include Storegga about 8,000 years ago, Grand Banks 1929, Papua New Guinea 1998 (Tappin, 2001). The Grand Banks and Papua New Guinea tsunamis came from earthquakes which destabilized sediments, causing them to flow into the ocean and generate a tsunami. They dissipated before traveling transoceanic distances.
The cause of the Storegga sediment failure is unknown. Possibilities include an overloading of the sediments, an earthquake or a release of gas hydrates (methane etc.)
The 1960 Valdivia earthquake (Mw 9.5) (19:11 hrs UTC), 1964 Alaska earthquake (Mw 9.2), and 2004 Indian Ocean earthquake (Mw 9.2) (00:58:53 UTC) are recent examples of powerful megathrust earthquakes that generated tsunamis (known as teletsunamis) that can cross entire oceans. Smaller (Mw 4.2) earthquakes in Japan can trigger tsunamis (called local and regional tsunamis) that can only devastate nearby coasts, but can do so in only a few minutes.
In the 1950s, it was discovered that larger tsunamis than had previously been believed possible could be caused by giant landslides. These phenomena rapidly displace large water volumes, as energy from falling debris or expansion transfers to the water at a rate faster than the water can absorb. Their existence was confirmed in 1958, when a giant landslide in Lituya Bay, Alaska, caused the highest wave ever recorded, which had a height of 524 metres (over 1700 feet). The wave didn't travel far, as it struck land almost immediately. Two people fishing in the bay were killed, but another boat amazingly managed to ride the wave. Scientists named these waves megatsunami.
Scientists discovered that extremely large landslides from volcanic island collapses can generate megatsunami, that can travel trans-oceanic distances.

Characteristics

While everyday wind waves have a wavelength (from crest to crest) of about 100 metres (330 ft) and a height of roughly 2 metres (6.6 ft), a tsunami in the deep ocean has a wavelength of about 200 kilometres (120 mi). Such a wave travels at well over 800 kilometres per hour (500 mph), but due to the enormous wavelength the wave oscillation at any given point takes 20 or 30 minutes to complete a cycle and has an amplitude of only about 1 metre (3.3 ft).[15] This makes tsunamis difficult to detect over deep water. Ships rarely notice their passage.
As the tsunami approaches the coast and the waters become shallow, wave shoaling compresses the wave and its velocity slows below 80 kilometres per hour (50 mph). Its wavelength diminishes to less than 20 kilometres (12 mi) and its amplitude grows enormously, producing a distinctly visible wave. Since the wave still has such a long wavelength, the tsunami may take minutes to reach full height. Except for the very largest tsunamis, the approaching wave does not break (like a surf break), but rather appears like a fast moving tidal bore.[16] Open bays and coastlines adjacent to very deep water may shape the tsunami further into a step-like wave with a steep-breaking front.
When the tsunami's wave peak reaches the shore, the resulting temporary rise in sea level is termed 'run up'. Run up is measured in metres above a reference sea level.[16] A large tsunami may feature multiple waves arriving over a period of hours, with significant time between the wave crests. The first wave to reach the shore may not have the highest run up.[17]
About 80% of tsunamis occur in the Pacific Ocean, but are possible wherever there are large bodies of water, including lakes. They are caused by earthquakes, landslides, volcanic explosions, and bolides.
Drawback
If the first part of a tsunami to reach land is a trough—called a drawback—rather than a wave crest, the water along the shoreline recedes dramatically, exposing normally submerged areas.
A drawback occurs because the water propagates outwards with the trough of the wave at its front. Drawback begins before the wave arrives at an interval equal to half of the wave's period. Drawback can exceed hundreds of metres, and people unaware of the danger sometimes remain near the shore to satisfy their curiosity or to collect fish from the exposed seabed. During the Indian Ocean tsunami, the sea withdrew and many people went onto the exposed sea bed to investigate.[citation needed] Photos show people walking on the normally submerged areas with the advancing wave in the background.[citation needed] Few survived.[citation needed]
Scales of intensity and magnitude
As with earthquakes, several attempts have been made to set up scales of tsunami intensity or magnitude to allow comparison between different events.[18]
Intensity scales
The first scales used routinely to measure the intensity of tsunami were the Sieberg-Ambraseys scale, used in the Mediterranean Sea and the Imamura-Iida intensity scale, used in the Pacific Ocean. The latter scale was modified by Soloviev, who calculated the Tsunami intensity I according to the formula

where Hav is the average wave height along the nearest coast. This scale, known as the Soloviev-Imamura tsunami intensity scale, is used in the global tsunami catalogues compiled by the NGDC/NOAA and the Novosibirsk Tsunami Laboratory as the main parameter for the size of the tsunami.
Magnitude scales
The first scale that genuinely calculated a magnitude for a tsunami, rather than an intensity at a particular location was the ML scale proposed by Murty & Loomis based on the potential energy.[18] Difficulties in calculating the potential energy of the tsunami mean that this scale is rarely used. Abe introduced the tsunami magnitude scale Mt, calculated from,
\,\mathit{M}_{t} = {a} \log h + {b} \log R = \mathit{D}
where h is the maximum tsunami-wave amplitude (in m) measured by a tide gauge at a distance R from the epicenter, a, b & D are constants used to make the Mt scale match as closely as possible with the moment magnitude scale.[19]

Warnings and predictions
Drawbacks can serve as a brief warning. People who observe drawback (many survivors report an accompanying sucking sound), can survive only if they immediately run for high ground or seek the upper floors of nearby buildings. In 2004, ten-year old Tilly Smith of Surrey, England, was on Maikhao beach in Phuket, Thailand with her parents and sister, and having learned about tsunamis recently in school, told her family that a tsunami might be imminent. Her parents warned others minutes before the wave arrived, saving dozens of lives. She credited her geography teacher, Andrew Kearney.
In the 2004 Indian Ocean tsunami drawback was not reported on the African coast or any other eastern coasts it reached. This was because the wave moved downwards on the eastern side of the fault line and upwards on the western side. The western pulse hit coastal Africa and other western areas.
A tsunami cannot be precisely predicted, even if the magnitude and location of an earthquake is known. Geologists, oceanographers, and seismologists analyse each earthquake and based on many factors may or may not issue a tsunami warning. However, there are some warning signs of an impending tsunami, and automated systems can provide warnings immediately after an earthquake in time to save lives. One of the most successful systems uses bottom pressure sensors that are attached to buoys. The sensors constantly monitor the pressure of the overlying water column. This is deduced through the calculation:
\,\! P = \rho gh
where
P = the overlying
pressure in newtons per metre square,
ρ = the
density of the seawater= 1.1 x 103 kg/m3,
g = the
acceleration due to gravity= 9.8 m/s2 and
h = the height of the water column in metres.
Hence for a water column of 5,000 m depth the overlying pressure is equal to
\,\! P = \rho gh=\left(1.1 \times 10^3 \ \frac{\mathrm{kg}}{\mathrm{m}^3}\right)\left(9.8 \ \frac{\mathrm{m}}{\mathrm{s}^2}\right)\left(5.0 \times 10^3 \ \mathrm{m}\right)=5.4 \times 10^7 \ \frac{\mathrm{N}}{\mathrm{m}^2}=54 \ \mathrm{MPa}
or about 5500 tonnes-force per square metre.
Regions with a high tsunami risk typically use tsunami warning systems to warn the population before the wave reaches land. On the west coast of the United States, which is prone to Pacific Ocean tsunami, warning signs indicate evacuation routes. In Japan, the community is well-educated about earthquakes and tsunamis, and along the Japanese shorelines the tsunami warning signs are reminders of the natural hazards together with a network of warning sirens, typically at the top of the cliff of surroundings hills.[20]
The Pacific Tsunami Warning System is based in Honolulu, Hawaiʻi. It monitors Pacific Ocean seismic activity. A sufficiently large earthquake magnitude and other information triggers a tsunami warning. While the subduction zones around the Pacific are seismically active, not all earthquakes generate tsunami. Computers assist in analysing the tsunami risk of every earthquake that occurs in the Pacific Ocean and the adjoining land masses.

As a direct result of the Indian Ocean tsunami, a re-appraisal of the tsunami threat for all coastal areas is being undertaken by national governments and the United Nations Disaster Mitigation Committee. A tsunami warning system is being installed in the Indian Ocean.
Computer models can predict tsunami arrival, usually within minutes of the arrival time. Bottom pressure sensors relay information in real time. Based on these pressure readings and other seismic information and the seafloor's shape (bathymetry) and coastal topography, the models estimate the amplitude and surge height of the approaching tsunami. All Pacific Rim countries collaborate in the Tsunami Warning System and most regularly practice evacuation and other procedures. In Japan, such preparation is mandatory for government, local authorities, emergency services and the population.
Some zoologists hypothesise that some animal species have an ability to sense subsonic Rayleigh waves from an earthquake or a tsunami. If correct, monitoring their behavior could provide advance warning of earthquakes, tsunami etc. However, the evidence is controversial and is not widely accepted. There are unsubstantiated claims about the Lisbon quake that some animals escaped to higher ground, while many other animals in the same areas drowned. The phenomenon was also noted by media sources in Sri Lanka in the 2004 Indian Ocean earthquake.[21][22] It is possible that certain animals (e.g., elephants) may have heard the sounds of the tsunami as it approached the coast. The elephants' reaction was to move away from the approaching noise. By contrast, some humans went to the shore to investigate and many drowned as a result.
It is not possible to prevent a tsunami. However, in some tsunami-prone countries some earthquake engineering measures have been taken to reduce the damage caused on shore. Japan built many tsunami walls of up to 4.5 metres (15 ft) to protect populated coastal areas. Other localities have built floodgates and channels to redirect the water from incoming tsunami. However, their effectiveness has been questioned, as tsunami often overtop the barriers. For instance, the Okushiri, Hokkaidō tsunami which struck Okushiri Island of Hokkaidō within two to five minutes of the earthquake on July 12, 1993 created waves as much as 30 metres (100 ft) tall—as high as a 10-story building. The port town of Aonae was completely surrounded by a tsunami wall, but the waves washed right over the wall and destroyed all the wood-framed structures in the area. The wall may have succeeded in slowing down and moderating the height of the tsunami, but it did not prevent major destruction and loss of life.[23]
Natural factors such as shoreline tree cover can mitigate tsunami effects. Some locations in the path of the 2004 Indian Ocean tsunami escaped almost unscathed because trees such as coconut palms and mangroves absorbed the tsunami's energy. In one striking example, the village of Naluvedapathy in India's Tamil Nadu region suffered only minimal damage and few deaths because the wave broke against a forest of 80,244 trees planted along the shoreline in 2002 in a bid to enter the Guinness Book of Records.[24] Environmentalists have suggested tree planting along tsunami-prone seacoasts. Trees require years to grow to a useful size, but such plantations could offer a much cheaper and longer-lasting means of tsunami mitigation than artificial barriers.
Mitigation
Natural barriers
A report published by the United Nations Environment Programme (UNEP) suggests that the tsunami of 26th December 2004 caused less damage in the areas where natural barriers were present, such as mangroves, coral reefs or coastal vegetation. A Japanese study of this tsunami in Sri Lanka used satellite imagery modelling to establish the parameters of coastal resistance as a function of different types of trees.[25]
History

Destructive tsunamis have been recorded throughout history, for example there were 26 that caused 200 or more deaths in the last century alone.[26] Of these, many were recorded in the Asia–Pacific region, particularly around Japan and Indonesia.
Ancient history
As early as 426 B.C. the Greek historian Thucydides inquired in his book History of the Peloponnesian War about the causes of tsunami, and was the first to argue that ocean earthquakes must be the cause.[4][5]
The cause, in my opinion, of this phenomenon must be sought in the earthquake. At the point where its shock has been the most violent the sea is driven back, and suddenly recoiling with redoubled force, causes the inundation. Without an earthquake I do not see how such an accident could happen.[27]
The Roman historian Ammianus Marcellinus (Res Gestae 26.10.15-19) described the typical sequence of a tsunami, including an incipient earthquake, the sudden retreat of the sea and a following gigantic wave, after the 365 A.D. tsunami devastated Alexandria.[28][29]
2004 Indian Ocean tsunami
The 2004 Indian Ocean earthquake and tsunami killed over 200,000[30] people with many bodies either being lost to the sea or unidentified.
According to an article in Geographical magazine (April 2008), the Indian Ocean tsunami of December 26, 2004 was not the worst that the region could expect. Professor Costas Synolakis of the Tsunami Research Center at the University of Southern California co-authored a paper in Geophysical Journal International which suggests that a future tsunami in the Indian Ocean basin could affect locations such as Madagascar, Singapore, Somalia, Western Australia, and many others.

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "